
Brand Balap News – Dunia balap internasional kehilangan salah satu sosok paling berpengaruhnya. Jenson Button, juara dunia Formula 1 musim 2009, secara resmi mengumumkan pensiun total dari dunia balap profesional. Keputusan ini disampaikan pada awal November 2025, setelah menyelesaikan kompetisi terakhirnya di ajang Bahrain GT Series.
Langkah tersebut menjadi penutup perjalanan panjang seorang pembalap yang dikenal karena gaya mengemudi halus, strategi cerdas, dan kepribadian yang rendah hati. Dengan lebih dari dua dekade pengalaman di berbagai ajang, Button telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah motorsport internasional, dari Formula 1, Le Mans, hingga Extreme E.
Perjalanan Awal Seorang Juara
Jenson Alexander Lyons Button lahir pada 19 Januari 1980 di Somerset, Inggris. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia otomotif berkat ayahnya, John Button, seorang pembalap karting yang cukup dikenal di Inggris. Dari sang ayah, Jenson belajar dasar-dasar balap dan disiplin di lintasan.
Ia memulai kariernya di dunia karting, di mana bakatnya langsung mencuri perhatian. Dalam waktu singkat, Button menjuarai berbagai kompetisi karting nasional. Di usia 18 tahun, ia berhasil menjuarai British Formula Ford Championship, dan setahun kemudian menjuarai Formula Ford Festival – dua pencapaian penting yang membuka jalan menuju ajang balap yang lebih besar.
Tahun 2000 menjadi titik awal perjalanan luar biasa Button ketika ia direkrut oleh Williams-BMW. Saat itu, ia menjadi salah satu pembalap termuda yang pernah turun di Formula 1. Meski sempat diragukan karena usia muda, performanya yang konsisten membuat banyak orang mengakui bakat luar biasanya.

Puncak Karier Bersama Brawn GP
Musim 2009 adalah babak paling gemilang dalam karier Jenson Button. Setelah Honda mundur dari Formula 1, tim tersebut diambil alih oleh Ross Brawn dan berganti nama menjadi Brawn GP. Banyak pihak meragukan masa depan tim baru ini, namun yang terjadi justru sebaliknya: Brawn GP menciptakan kejutan besar dalam sejarah Formula 1.
Dengan mobil BGP 001 yang didukung mesin Mercedes dan desain aerodinamika inovatif, Button tampil dominan di awal musim. Ia memenangkan enam dari tujuh balapan pertama, dan tampil konsisten sepanjang tahun. Hasilnya, ia mengamankan gelar Juara Dunia Formula 1 2009, sekaligus membantu Brawn GP meraih gelar konstruktor di musim debutnya.
Kemenangan tersebut bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga strategi dan kecerdasan. Button dikenal sebagai pembalap yang mampu menjaga ban, membaca kondisi lintasan, serta membuat keputusan pit stop yang tepat waktu. Ia membuktikan bahwa kemenangan bisa diraih bukan karena mobil tercepat semata, tetapi karena kemampuan berpikir dan mengelola tekanan.
Usai meninggalkan Formula 1 pada 2017, Button tidak langsung meninggalkan dunia balap. Ia justru menjajal berbagai ajang lain yang memperluas pengalaman dan kemampuannya.
Salah satu pencapaian terbaiknya datang pada tahun 2018, ketika ia menjadi juara Super GT Jepang bersama tim Honda Kunimitsu. Kesuksesan itu membuktikan bahwa dirinya masih kompetitif meski di lintasan dan format balap yang sangat berbeda dari F1.
Selain Super GT, Button juga mengikuti 24 Hours of Le Mans dan World Endurance Championship (WEC). Ia kemudian berpartisipasi dalam Extreme E, ajang balap listrik lintas alam yang mengedepankan isu lingkungan dan keberlanjutan. Di sini, Button berperan tidak hanya sebagai pembalap, tetapi juga sebagai duta penting bagi balap ramah lingkungan.
Keterlibatan Button di berbagai ajang ini menunjukkan dedikasinya terhadap dunia motorsport. Ia tidak sekadar mengejar kemenangan, tetapi juga berusaha memahami sisi teknologi, lingkungan, dan masa depan industri otomotif.
Alasan di Balik Keputusan Pensiun
Dalam konferensi pers di London, Button menyampaikan alasan emosional di balik keputusannya pensiun. Ia mengaku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga setelah bertahun-tahun hidup berpindah dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya.
“Saya telah melewatkan banyak momen penting bersama keluarga selama bertahun-tahun. Sekarang saatnya saya menebus itu,” ujar Button dengan nada haru.
Pada usia 45 tahun, Button merasa telah mencapai semua yang ia impikan sebagai pembalap profesional. Namun, ia menegaskan tidak akan sepenuhnya meninggalkan dunia balap. Button berencana fokus pada kegiatan pengembangan pembalap muda dan berperan sebagai komentator serta penasihat teknis di beberapa ajang internasional.
Keputusan ini mendapat dukungan luas dari rekan-rekan dan penggemar. Banyak yang menganggap Button sebagai contoh ideal pembalap modern – cepat di lintasan, cerdas secara strategi, dan tetap rendah hati dalam kesuksesan.
Warisan dan Pengaruh Button di Dunia Balap
Jenson Button dikenal sebagai pembalap yang mengandalkan otak dan insting. Ia bukan tipe pembalap agresif yang memaksa mobil hingga batas, melainkan seorang strategist yang mampu membaca kondisi lintasan dengan luar biasa.
Salah satu momen paling dikenang adalah Grand Prix Kanada 2011. Dalam balapan yang berlangsung lebih dari empat jam karena hujan deras, Button sempat terlibat insiden, mendapat penalti, dan turun ke posisi buncit. Namun, ia perlahan bangkit, memanfaatkan kondisi lintasan yang berubah, dan akhirnya menyalip Sebastian Vettel di lap terakhir untuk meraih kemenangan epik.
Kemenangan itu disebut banyak pengamat sebagai salah satu balapan terbaik sepanjang sejarah Formula 1. Di situlah keunggulan Button terlihat — bukan hanya kecepatan, tetapi kecerdasan dan kesabaran.
Selain di lintasan, Button juga meninggalkan warisan besar sebagai figur yang selalu menonjolkan nilai sportivitas dan profesionalisme. Ia jarang terlibat kontroversi, selalu menghormati rival, dan menjaga hubungan baik dengan kru serta penggemar. Sikap inilah yang membuatnya dihormati bahkan oleh lawan-lawannya sendiri.
Era Baru Setelah Button
Pensiunnya Jenson Button menandai berakhirnya satu era dalam sejarah balap modern. Ia menjadi salah satu dari sedikit pembalap yang menjembatani masa transisi antara era mesin V10 dan era hibrida modern.
Namun, Button percaya bahwa dunia balap sedang menuju arah yang lebih baik. Ia optimis terhadap generasi baru pembalap muda yang kini mengisi grid Formula 1, serta kemajuan teknologi yang terus berkembang.
“Balap akan terus berkembang. Saya ingin melihat lebih banyak inovasi, lebih banyak pembalap muda, dan lebih banyak keberagaman. Itu masa depan yang saya impikan,” ungkap Button.
Kini, ia berencana mendirikan akademi balap di Inggris untuk membantu pembalap muda yang memiliki potensi besar tetapi terbatas secara finansial. Akademi ini akan fokus pada pembinaan teknis, mental, dan etika profesional, sesuai dengan nilai-nilai yang selalu dipegang Button sepanjang kariernya.
Reaksi Dunia Balap dan Penggemar
Kabar pensiunnya Button memicu gelombang reaksi emosional dari seluruh dunia. Tagar #ThankYouJenson sempat menjadi trending di media sosial, di mana ribuan penggemar membagikan momen favorit mereka dari karier sang legenda.
Banyak pembalap top seperti Lewis Hamilton, Fernando Alonso, dan Sebastian Vettel turut memberikan penghormatan. Mereka menilai Button sebagai pembalap yang tidak hanya cepat, tetapi juga sangat memahami balapan sebagai seni berpikir.
Tim-tim besar yang pernah ia bela — seperti Williams, Honda, Brawn GP, dan McLaren — juga menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusinya. Button diakui sebagai sosok yang membawa ketenangan dan kehangatan dalam lingkungan yang penuh tekanan tinggi.
Reaksi positif dari seluruh dunia ini membuktikan betapa besar pengaruh Jenson Button terhadap komunitas motorsport global.
Kesimpulan: Akhir dari Sebuah Era, Awal Babak Baru
Keputusan Jenson Button untuk pensiun menutup salah satu bab paling berwarna dalam sejarah Formula 1 dan dunia balap internasional. Dari pembalap muda penuh potensi di Williams hingga menjadi juara dunia bersama Brawn GP, kariernya adalah kisah tentang kerja keras, kecerdasan, dan dedikasi tanpa batas.
Button bukan hanya pembalap cepat, tetapi juga simbol dari nilai-nilai positif dalam olahraga: disiplin, integritas, dan kerendahan hati. Meski tidak lagi turun di lintasan, pengaruhnya akan terus terasa melalui pembalap muda yang terinspirasi oleh perjalanannya.
